Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau)
merupakan salah satu pesona wisata terbaik yang dimiliki Indonesia. Berkunjung
kesana ane serasa berada di suatu zona yang berbeda. Bagaimana tidak, dataran
tinggi yang terbentuk oleh proses morfologi alam secara alami tersebut telah
meninggalkan berbagai kekayaan alam, kekayaan wisata, dan kekayaan budaya yang
unik. Trek yang cukup sulit membuat wilayah ini cukup terpencil dan agak terisolir
sehingga ke-natural-an nya cukup terjaga. Waktu libur pendek akan menjadi
kendala utama para pengunjung untuk menikmati wisata alam disana. Karena spot-spot
wisata di sana banyak banget gan, yang tersebar di beberapa lokasi yang cukup
berjauhan. Namun demikian bukan tidak mungkin dengan libur wiken yang cuma 2
hari saja, agan bisa menikmati beberapa pesona unik di Dieng. Tipsnya adalah
dengan memilah mana saja spot-spot terbaik di antara beberapa pilihan yang ada.
Berikut ane share 7 pesona unik Dataran Tinggi Dieng yang mesti agan nikmati,
versi flower on the pot.
Telaga Warna
Berangkat Jumat malam bersama
teman-teman ane dari Sukabumi, hari Sabtu siang kami sampai di Dieng. Spot pertama
yang kami kunjungi adalah Telaga Warna. Tidak salah ini menjadi tujuan pertama
kami. Telaga warna berupa danau indah yang memberikan nuansa warna yang khas.
Telaga warna ini dikelilingi pemandangan alam yang cantik. Kamipun bersantai
sejenak menghirup udara di sini sambil menikmati pemandangan sekitar.
Dengan mengeluarkan sedikit
tenaga ekstra untuk berjalan kaki, maka agan bisa menikmati beberapa spot wisata
menarik di kisaran Telaga Warna ini, antara lain: Bukit Sidengkeng, Kawah
Sikendang, Gua Semar, Gua Sumur, Gua Jaran, Batu Tulis, Pasanggrahan Bumi
Pertolo, Mandar Batu, Telaga Pengilon. Jika beruntung, kitapun bisa melihat
flora/fauna unik disini seperti Itik Gunung (Mliwis), Rumput Wlingi, dsb. Namun
berhubung keterbatasan waktu, kunjungan kami cukup hingga danau telaga warna
saja, tidak explorasi hingga ke dalam-dalamnya. Cukup dua kata buat telaga warna:
keren banget!
Dieng Plateau Theater
Berhubung rintik-rintik hujan
mulai berguyuran, kami perlu tempat berteduh. Satu-satu nya opsi terbaik untuk
menikmati objek wisata Dieng tanpa kehujanan adalah nonton bioskop. Yup, nonton
bioskop! Nontonnya bukan di 21 gan, tapi di Dieng plateau Theater. Dieng plateau
theater sangatlah sederhana. Bangku penonton pun sangat terbatas, adakalanya
kita harus ngantri terlebih dahulu untuk masuk ke dalamnya. Namun yang menjadi
daya tarik bagi ane adalah tontonan yang ditayangkan cukup berbobot dan
mengandung unsur yang “Dieng banget”.
Film pendek yang diputarkan
berisi informasi singkat mengenai sejarah Dataran Tinggi Dieng, beserta
informasi-informasi penting lainnya seputar Dieng, seperti aktivitas vulkano
aktif di gunung tersebut berikut dengan teknik kontrol berkala nya, legenda
mengenai anak gembel berambut gimbal, serta berbagai kekayaan wisata, kekayaan
budaya, dan kekayaan alam Dieng. Setelah menonton tayangan tersebut pemahaman
ane sebelumnya yang masih nge-blank banget mengenai Dieng jadi cukup bertambah...beuh
gayanya *pake kacamata hitam* Tadinya sebelum berangkat ane cukup heran dan
bertanya-tanya dalam hati, apa seru nya sih Dieng? Cuma daerah dataran tinggi
doang? Ternyata dieng lebih dari sekedar dataran tinggi biasa gan. Dataran
Tinggi Dieng adalah salah satu keajaiban alam Indonesia yang luar biasa.
Kentang Dieng, maknyuss!!
Tontonan singkat berdurasi
sekitar 20 menitan ternyata belum cukup untuk membuat kami beranjak dari
kisaran area theatre tersebut. Hujan deras masih terus turun mengguyur kawasan
pertanian di sepanjang pemandangan alam yang kami lihat. Kombinasi antara
hujan, badan cape, dan perut keroncongan membuat insting menerabas jajanan
sekitar menjadi semakin menggebu-gebu. Kami mencari jajanan apa saja yang ada
di sana. Yang penting bisa dimakan dan bisa buat mengganjal perut serta memberi
sedikit tenaga untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.
Salah satu jajanan yang tersaji
disana adalah kentang goreng. Adapun jajanan lainnya adalah kentang goreng.
Selain itu terdapat pula kentang goreng. Kentang goreng yang disajikan berbeda
dengan french fries yang disajikan di restoran-restoran fastfood. Kentang
goreng disini sajikan sangatlah sederhana. Hanya dipotong biasa, agak
tebal-tebal dan ditambahi bumbu berupa garam halus saja. And you know what?
Kentang gorengnya enak banget pemirsa! Ane aja ampe ngambil berapa kali
(ngambil nya pakai bayar yaa). Dan harga nya pun cukup bersahabat di kantong.
Kalau ga salah seporsi kecil berisi beberapa potongan kentang tebal-tebal dan
anget-anget, cukup di bandrol dengan harga Rp.2.000,- rupiah saja (note: waktu
itu kurs dollar masih kisaran 12 ribu rupiah gan *emangnya ngaruh
yak?..wakwkwk*). Belakangan ane baru tau ternyata kentang Dieng memang terkenal
lezat dan enak.
Selain kentang, kuliner khas Dieng
lainnya adalah carica (dibaca: karika), sebuah pepaya gunung berbentuk agak bulat
berukuran super mini. Carica biasa disajikan dalam bentuk manisan. Namun sayang
sekali, rasanya kurang begitu bersahabat di lidah ane...xixixi.
Alun-alun Wonosobo
Tidak banyak spot wisata yang
bisa kami kunjungi di hari pertama. Kentang dieng yang kami nikmati di area theater
selama menunggu hujan ternyata durasinya belumlah cukup untuk membuat hujan
reda. Justru hujan turun semakin deras. Hari pun sudah mulai gelap. Niat untuk
melanjutkan ke spot berikutnya terpaksa kami pending hingga besok hari (bahkan
ada kemungkinan beberapa spot wisata di cancel, liat gimana kondisi cuaca besok).
Kami pun beranjak meninggalkan Dieng, menuju Wonosobo tempat kami bermalam.
Waktu malam menjelang jam tidur pun kami manfaatkan dengan jalan-jalan santai
seputaran alun-alun Wonosobo. Cukup menarik. Disini terdapat beberapa jajanan
kuliner, tempat-tempat nongrong anak muda, dan becak listrik. Yup becak listrik!
Balapan becak :D |
Bicara mengenai becak listrik,
aslinya ini nama benar-benar bikin ane ketipu mentah-mentah. Tadinya ane kira
becaknya ditarik pake tenaga listrik. Dan ternyata oh ternyata, ini becak tetaplah
seperti becak apa adanya yang harus dikayuh setengah mati, hanya untuk
mengitari alun-alun satu putaran doang. Cuma ada hiasan lampu lilit warna warni
yg dihias dengan beragam model arsitistik disekeliling becak. Kerlap kelip
lampu warna warni ini kontras banget dengan area sekitar yang gelap gulita,
sehingga menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk menaikinya. Jadi kesimpulan ane sementara ini adalah si
listrik digunakan hanya untuk menghidupkan lampu-lampu hias tersebut. Rasanya
baru kali ini deh, ane ngayuh becak setengah mati ampe berkeringat (mana
bearing kayuhan nya dah pada rusak, posisi roda udah tidak balance alias
miring, bikin kayuhan sangat berat). Di sisi lain..eeh si tukang becaknya
malah duduk aja dengan santainya menunggu pengunjung datang setelah mengitari
satu putaran alun-alun (posisi finish bersamaan dengan posisi start). Dan
mereka si tukang becak ini kita bayar lho. Kita yang capek, kita yang bayar,
tapi mereka yang menikmati hasilnya. Ajaib!
Sunrise di Bukit Sikunir
Baru tidur sekitar 2-3 jam, kami
harus bangun tengah malam untuk bersiap-siap ke spot wisata berikutnya: Bukit Sikunir.
Jam 2 dinihari kami sudah beranjak pergi meluncur dari lokasi penginapan
(Nginepnya nebeng di rumah temennya temen di dekat daerah alun-alun Wonosobo).
Sekitar jam 3 dinihari kami sudah sampai di lokasi Bukit Sikunir. Perjalanan selanjutnya
dilakukan dengan berjalan kaki alias hiking. Tujuan utama kami adalah menikmati
sunrise di puncak bukit. Ternyata kami tidak sendiri, banyak wisatawan lain
yang juga melakukan hiking dengan tujuan yang sama. Jam 4 kurang kami sudah
sampai di puncak. Masih kepagian ternyata. Its okey, lebih baik datang lebih
awal dari pada telat. Bersyukur sudah ada penjual makanan ringan disana. Waktu
menunggu pun kami habiskan dengan mengobrol sambil melahap kentang goreng anget
dan kopi anget :D
Beberapa menit setelah solat
subuh, detik-detik mengagumkan tsb akhirnya muncul juga. Sunrise yang luar
biasa keren. Subhanallah. Sungguh luar biasa kebesaran Mu Yaa Allah. Dari semua
spot wisata di Dieng, sunrise di Bukit Sikunir ini yang paling keren dan paling
berkesan buat ane.
Candi Arjuna
Selepas dari Bukit Sikunir, spot
selanjutnya yang kami kunjungi adalah Candi Arjuna. Ada beberapa candi di
kisaran Dieng. Namun sesuai rekomendasi teman, dari beberapa candi yang ada yang
paling bagus adalah Candi Arjuna ini. Kawasan candi cukup luas, pemandangan
taman sekitar candi sangat indah, bangunan pun terlihat cukup terawat dan
tertata dengan rapi. Sepertinya biar lebih pas deskripsi mengenai candi arjuna
ini ane sajikan dalam bentuk gambarnya aja yaa gan. Terlampir di bawah ini.
Kawah Sikidang
Yang menjadi kunjungan terakhir
kami di hari ke dua menjelang pulang adalah Kawah Sikidang. Pemandangan di Kawah
Sikidang ini juga cukup mempesona. Pengunjung berjalan di atas area kawah yang
masih aktif dan cukup panas. Aroma belerang terasa banget di sini (disarankan
memakai masker). Di sini juga banyak dijajakan oleh-oleh khas Dieng. Mayoritas
berupa hasil tani penduduk lokal seperti carica, terong belanda, kentang, serta
aneka sayur mayur.
Kawah Sikidang |
Minggu sore kami berangkat pulang
ke Sukabumi. Karena Senin harus masuk kerja lagi. Alhasil waktu libur yang cuma
2 hari berhasil memberikan pengalaman wisata yang cukup berkesan. Di sela-sela
waktu yang pendek, kami masih bisa merasakan 7 kombinasi wisata Dieng yang
meliputi telaga, theater, kuliner, alun-alun, hiking (demi melihat sunrise),
candi, dan kawah. Alhamdulillah :)
No comments:
Post a Comment