Thursday, August 13, 2015

7 Pesona Unik Dataran Tinggi Dieng



Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) merupakan salah satu pesona wisata terbaik yang dimiliki Indonesia. Berkunjung kesana ane serasa berada di suatu zona yang berbeda. Bagaimana tidak, dataran tinggi yang terbentuk oleh proses morfologi alam secara alami tersebut telah meninggalkan berbagai kekayaan alam, kekayaan wisata, dan kekayaan budaya yang unik. Trek yang cukup sulit membuat wilayah ini cukup terpencil dan agak terisolir sehingga ke-natural-an nya cukup terjaga. Waktu libur pendek akan menjadi kendala utama para pengunjung untuk menikmati wisata alam disana. Karena spot-spot wisata di sana banyak banget gan, yang tersebar di beberapa lokasi yang cukup berjauhan. Namun demikian bukan tidak mungkin dengan libur wiken yang cuma 2 hari saja, agan bisa menikmati beberapa pesona unik di Dieng. Tipsnya adalah dengan memilah mana saja spot-spot terbaik di antara beberapa pilihan yang ada. Berikut ane share 7 pesona unik Dataran Tinggi Dieng yang mesti agan nikmati, versi flower on the pot.



Telaga Warna
Berangkat Jumat malam bersama teman-teman ane dari Sukabumi, hari Sabtu siang kami sampai di Dieng. Spot pertama yang kami kunjungi adalah Telaga Warna. Tidak salah ini menjadi tujuan pertama kami. Telaga warna berupa danau indah yang memberikan nuansa warna yang khas. Telaga warna ini dikelilingi pemandangan alam yang cantik. Kamipun bersantai sejenak menghirup udara di sini sambil menikmati pemandangan sekitar.
 

Telaga Warna

Dengan mengeluarkan sedikit tenaga ekstra untuk berjalan kaki, maka agan bisa menikmati beberapa spot wisata menarik di kisaran Telaga Warna ini, antara lain: Bukit Sidengkeng, Kawah Sikendang, Gua Semar, Gua Sumur, Gua Jaran, Batu Tulis, Pasanggrahan Bumi Pertolo, Mandar Batu, Telaga Pengilon. Jika beruntung, kitapun bisa melihat flora/fauna unik disini seperti Itik Gunung (Mliwis), Rumput Wlingi, dsb. Namun berhubung keterbatasan waktu, kunjungan kami cukup hingga danau telaga warna saja, tidak explorasi hingga ke dalam-dalamnya. Cukup dua kata buat telaga warna: keren banget!


Dieng Plateau Theater 
Berhubung rintik-rintik hujan mulai berguyuran, kami perlu tempat berteduh. Satu-satu nya opsi terbaik untuk menikmati objek wisata Dieng tanpa kehujanan adalah nonton bioskop. Yup, nonton bioskop! Nontonnya bukan di 21 gan, tapi di Dieng plateau Theater. Dieng plateau theater sangatlah sederhana. Bangku penonton pun sangat terbatas, adakalanya kita harus ngantri terlebih dahulu untuk masuk ke dalamnya. Namun yang menjadi daya tarik bagi ane adalah tontonan yang ditayangkan cukup berbobot dan mengandung unsur yang “Dieng banget”. 

Film pendek yang diputarkan berisi informasi singkat mengenai sejarah Dataran Tinggi Dieng, beserta informasi-informasi penting lainnya seputar Dieng, seperti aktivitas vulkano aktif di gunung tersebut berikut dengan teknik kontrol berkala nya, legenda mengenai anak gembel berambut gimbal, serta berbagai kekayaan wisata, kekayaan budaya, dan kekayaan alam Dieng. Setelah menonton tayangan tersebut pemahaman ane sebelumnya yang masih nge-blank banget mengenai Dieng jadi cukup bertambah...beuh gayanya *pake kacamata hitam* Tadinya sebelum berangkat ane cukup heran dan bertanya-tanya dalam hati, apa seru nya sih Dieng? Cuma daerah dataran tinggi doang? Ternyata dieng lebih dari sekedar dataran tinggi biasa gan. Dataran Tinggi Dieng adalah salah satu keajaiban alam Indonesia yang luar biasa.


Kentang Dieng, maknyuss!!
Tontonan singkat berdurasi sekitar 20 menitan ternyata belum cukup untuk membuat kami beranjak dari kisaran area theatre tersebut. Hujan deras masih terus turun mengguyur kawasan pertanian di sepanjang pemandangan alam yang kami lihat. Kombinasi antara hujan, badan cape, dan perut keroncongan membuat insting menerabas jajanan sekitar menjadi semakin menggebu-gebu. Kami mencari jajanan apa saja yang ada di sana. Yang penting bisa dimakan dan bisa buat mengganjal perut serta memberi sedikit tenaga untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.

Salah satu jajanan yang tersaji disana adalah kentang goreng. Adapun jajanan lainnya adalah kentang goreng. Selain itu terdapat pula kentang goreng. Kentang goreng yang disajikan berbeda dengan french fries yang disajikan di restoran-restoran fastfood. Kentang goreng disini sajikan sangatlah sederhana. Hanya dipotong biasa, agak tebal-tebal dan ditambahi bumbu berupa garam halus saja. And you know what? Kentang gorengnya enak banget pemirsa! Ane aja ampe ngambil berapa kali (ngambil nya pakai bayar yaa). Dan harga nya pun cukup bersahabat di kantong. Kalau ga salah seporsi kecil berisi beberapa potongan kentang tebal-tebal dan anget-anget, cukup di bandrol dengan harga Rp.2.000,- rupiah saja (note: waktu itu kurs dollar masih kisaran 12 ribu rupiah gan *emangnya ngaruh yak?..wakwkwk*). Belakangan ane baru tau ternyata kentang Dieng memang terkenal lezat dan enak. 

Selain kentang, kuliner khas Dieng lainnya adalah carica (dibaca: karika), sebuah pepaya gunung berbentuk agak bulat berukuran super mini. Carica biasa disajikan dalam bentuk manisan. Namun sayang sekali, rasanya kurang begitu bersahabat di lidah ane...xixixi.

Alun-alun Wonosobo
Tidak banyak spot wisata yang bisa kami kunjungi di hari pertama. Kentang dieng yang kami nikmati di area theater selama menunggu hujan ternyata durasinya belumlah cukup untuk membuat hujan reda. Justru hujan turun semakin deras. Hari pun sudah mulai gelap. Niat untuk melanjutkan ke spot berikutnya terpaksa kami pending hingga besok hari (bahkan ada kemungkinan beberapa spot wisata di cancel, liat gimana kondisi cuaca besok). Kami pun beranjak meninggalkan Dieng, menuju Wonosobo tempat kami bermalam. Waktu malam menjelang jam tidur pun kami manfaatkan dengan jalan-jalan santai seputaran alun-alun Wonosobo. Cukup menarik. Disini terdapat beberapa jajanan kuliner, tempat-tempat nongrong anak muda, dan becak listrik. Yup becak listrik!

Balapan becak :D

Bicara mengenai becak listrik, aslinya ini nama benar-benar bikin ane ketipu mentah-mentah. Tadinya ane kira becaknya ditarik pake tenaga listrik. Dan ternyata oh ternyata, ini becak tetaplah seperti becak apa adanya yang harus dikayuh setengah mati, hanya untuk mengitari alun-alun satu putaran doang. Cuma ada hiasan lampu lilit warna warni yg dihias dengan beragam model arsitistik disekeliling becak. Kerlap kelip lampu warna warni ini kontras banget dengan area sekitar yang gelap gulita, sehingga menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk menaikinya.  Jadi kesimpulan ane sementara ini adalah si listrik digunakan hanya untuk menghidupkan lampu-lampu hias tersebut. Rasanya baru kali ini deh, ane ngayuh becak setengah mati ampe berkeringat (mana bearing kayuhan nya dah pada rusak, posisi roda udah tidak balance alias miring, bikin kayuhan sangat berat). Di sisi lain..eeh si tukang becaknya malah duduk aja dengan santainya menunggu pengunjung datang setelah mengitari satu putaran alun-alun (posisi finish bersamaan dengan posisi start). Dan mereka si tukang becak ini kita bayar lho. Kita yang capek, kita yang bayar, tapi mereka yang menikmati hasilnya. Ajaib!

Sunrise di Bukit Sikunir
Baru tidur sekitar 2-3 jam, kami harus bangun tengah malam untuk bersiap-siap ke spot wisata berikutnya: Bukit Sikunir. Jam 2 dinihari kami sudah beranjak pergi meluncur dari lokasi penginapan (Nginepnya nebeng di rumah temennya temen di dekat daerah alun-alun Wonosobo). Sekitar jam 3 dinihari kami sudah sampai di lokasi Bukit Sikunir. Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan berjalan kaki alias hiking. Tujuan utama kami adalah menikmati sunrise di puncak bukit. Ternyata kami tidak sendiri, banyak wisatawan lain yang juga melakukan hiking dengan tujuan yang sama. Jam 4 kurang kami sudah sampai di puncak. Masih kepagian ternyata. Its okey, lebih baik datang lebih awal dari pada telat. Bersyukur sudah ada penjual makanan ringan disana. Waktu menunggu pun kami habiskan dengan mengobrol sambil melahap kentang goreng anget dan kopi anget :D

Beberapa menit setelah solat subuh, detik-detik mengagumkan tsb akhirnya muncul juga. Sunrise yang luar biasa keren. Subhanallah. Sungguh luar biasa kebesaran Mu Yaa Allah. Dari semua spot wisata di Dieng, sunrise di Bukit Sikunir ini yang paling keren dan paling berkesan buat ane.


Sunrise di Bukit Sikunir

Candi Arjuna
Selepas dari Bukit Sikunir, spot selanjutnya yang kami kunjungi adalah Candi Arjuna. Ada beberapa candi di kisaran Dieng. Namun sesuai rekomendasi teman, dari beberapa candi yang ada yang paling bagus adalah Candi Arjuna ini. Kawasan candi cukup luas, pemandangan taman sekitar candi sangat indah, bangunan pun terlihat cukup terawat dan tertata dengan rapi. Sepertinya biar lebih pas deskripsi mengenai candi arjuna ini ane sajikan dalam bentuk gambarnya aja yaa gan. Terlampir di bawah ini.










Kawah Sikidang
Yang menjadi kunjungan terakhir kami di hari ke dua menjelang pulang adalah Kawah Sikidang. Pemandangan di Kawah Sikidang ini juga cukup mempesona. Pengunjung berjalan di atas area kawah yang masih aktif dan cukup panas. Aroma belerang terasa banget di sini (disarankan memakai masker). Di sini juga banyak dijajakan oleh-oleh khas Dieng. Mayoritas berupa hasil tani penduduk lokal seperti carica, terong belanda, kentang, serta aneka sayur mayur.

Kawah Sikidang

Minggu sore kami berangkat pulang ke Sukabumi. Karena Senin harus masuk kerja lagi. Alhasil waktu libur yang cuma 2 hari berhasil memberikan pengalaman wisata yang cukup berkesan. Di sela-sela waktu yang pendek, kami masih bisa merasakan 7 kombinasi wisata Dieng yang meliputi telaga, theater, kuliner, alun-alun, hiking (demi melihat sunrise), candi, dan kawah. Alhamdulillah :)
 

Bersama teman seperjalanan ane. Thanks for our nice trip friends ^_^


No comments:

Post a Comment